Melanjutkan cerita sebelumnya, Mendaki Gunung Rinjani Lombok-Nusa Tenggara Barat Lewat Jalur Sembalun-Torean (Bagian 1) saat saya dan teman-teman mendaki Gunung Rinjani Lombok-Nusa Tenggara Barat lewat jalur Sembalun-Torean yang menguras tenaga.
Setelah turun dan belum berkesempatan menduduki puncak gunung Rinjani, saya dan tiga orang lainnya kembali ke tenda yang dijaga oleh porter.
Karena masih pagi, dan belum masuk jam 8, Bapak porter yang memang stand by di basecamp Plawangan Sembalun terlihat sedang sibuk memasak sarapan.
Kami membantu agar cepat selesai karena rencananya jam 12 kami akan langsung beres-beres dan lanjut ke danau Sagara Anak. Karena kami juga harus menunggu satu orang teman kami yang berhasil muncak turun dulu.
Perkiraan kami dia sampai ke basecamp siang. Jadi kami pun membantu untuk merapihkan barang-barangnya biar nanti bisa segera berangkat tanpa harus menunggu lama.
Jam 1 siang kami turun menuju danau Sagara Anak. Kasihan teman yang baru datang, istirahat sebentar, dan harus berangkat turun lagi. Gambaran seorang Wonder Woman in real life ada di dia. Dia adalah seorang Yogi, dan ibu dari tiga orang anak. Luar biasa.
Jalur yang kami lewati masuk ke dalam jalur torean. Jalur yang menurun, berbatu, dan belum ada banyak perbaikan.
“Kalau cuaca cerah, kita bisa sampai ke danau kira-kira sekitar 3 jam. Jalurnya turunan, belum banyak yang lewat Torean, baru juga dibuka tahun lalu.” kata Pak Porter.
Setelah menyusuri jalur yang panjang menurun terjal, berbatu, dan diselingi padang savana, akhirnya kami sampai di danau Sagara Anak sekitar jam 5 sore. Perjalanan yang kami tempuh sekitar 4 jam lebih.
Di pinggiran danau Sagara Anak sudah banyak tenda tertancap. Rencana kami bermalam sehari di sini dan lanjut berangkat pagi. Sesampainya di Danau, Saya, Yusuf, dan Lauren memancing ikan di danau Sagara Anak.
Hanya bermodal benang kenur yang kami minta dari orang yang sedang memancing, dan memberi umpan roti tawar yang kami bawa. Ikan yang kami dapat banyak sekali, lumayan buat makan malam kami berlima. Ikannya segar dan enak walau digoreng dengan bumbu seadanya.
Selesai makan malam, kami berempat pergi ke hot spring (kolam air panas) yang berada tidak jauh dari danau Sagar Anak. Di sana sudah banyak orang yang berendam.
Malam ini cerah, dan terang bulan. Walau kondisi pemandian air panas minim cahaya, saya masih bisa sedikit melihat ada beberapa kolam air panas alami di sana.
Sesampainya berendam, kami segera bergegas menuju tenda untuk istirahat. Di pinggir bibir danau sudah ada banyak orang yang sedang melakukan ritual. Menurut informasi mereka adalah suku sasak Lombok yang beragama hindu. Suara lonceng dan rapalan doa yang dilantunkan mereka memecahkan keheningan malam.
Ritual itu berhenti menjelang fajar. Dan pagi harinya, terlihat sisa-sisa sesajen bekas ritual dan sebagian ada yang dilarung ke danau.
Pagi harinya kami memancing kembali untuk sarapan. Dan kami menangkap ikan seperlunya karena kalau pagi rasanya kurang enak kalau makan besar.
Setelah sarapan selasai, dan beres-beres, jam 9 pagi kami melanjutkan perjalanan kembali. Perjalanan akan memakan waktu sekitar seharian.
“Kalau cuaca cerah, terus jalannya cepat dan tidak banyak istirahat, kita bakal sampai di pos 1 Torean jam 5 sore.” jelas Pak porter. Panas dingin saya mendengarnya, lama juga ternyata.
Setelah satu jam jalan melewati jalan yang menurun dengan jalur yang dikelilingi savana saya optimis untuk bisa tepat waktu. Memasuki dua jam perjalanan dan seterusnya.
Ternyata jalannya banyak yang rusak. Penuh batu-batuan dan dikelilingi jurang yang luar biasa dalam kayak nggak ada ujungnya.
Keamanan minim. Cuma ada sutas tali nempel di dinding. Kami jalan menyisir dengan lebar jalan hanya 1 meter yang di bawahnya jurang. Ngeri-ngeri sedap.
Jalur berikutnya bukan menurun, tapi turun-naik gunung yang saya sendiri sudah tidak tau berapa kali anak-anak bukit dan gunung yang sudah didaki dan diturunin.
Ditambah lagi ada adegan panjat tebing dan menuruni tebing dengan bantuan tali yang seadanya. Di sepanjang jalur perjalanan terdapat banyak mata air dan sungai.
Jadi untuk urusan air, tidak akan terkendala. Jalur torean itu persis kayak lirik lagu film kartun Ninja Hatori. “Mendaki gunung lewati lembah, sungai mengalir indah…,”
Buat pendaki yang mau santai nanjaknya sambil menikmati pemandangan, recommended sih jalur torean ini.
Tapi bagi yang nggak terlalu suka medan yang extrim, jalur ini kurang cocok. Karena ada beberapa pendaki yang sampe bermalam di sini, sudah malam tapi masih belum sampai.
Dan jarang terlihat pendaki lewat sini juga. Tetapi pemandangan yang bisa kita lihat sangat sangat indah. Ada penampakan air terjun juga yang tinggi banget. Juara sih kalau soal lanskap indahnya jalur Torean.
Di pos 1 ada banyak tukang ojek. Saran saya mending naik ojek. Karena dari pos 1, kita masih harus jalan lagi kurang lebih 1 km dengan jalur mirip hutan yang masih alami.
Karena sudah jam 6 saat itu, kami memutuskan naik ojek untuk sampai ke basecamp. Karena sebelumnya juga sudah hujan dari jam 4 sore.
***